Langsung ke konten utama

Mungkinkah al-Quran Karya Rasulullah saw.?


Ada sebagian orang yang menuduh al-Quran sebagai karangan Rasulullah Muhammad saw. Tudingan semacam ini tentu batil. Alasannya: Pertama, Nabi Muhammad saw., bagaimanapun jeniusnya, tetap merupakan bagian dari komunitas bangsa Arab, yang telah terbukti ketidakberdayaannya membuat karya serupa dengan al-Quran. Artinya, selama bangsa Arab tidak mampu menghasilkan karya yang serupa al-Quran, maka demikian pula Nabi Muhammad saw.
Kedua, selain menyampaikan al-Quran, Nabi Muhammad saw. juga menuturkan banyak hadis, yang sebagiannya sahih bahkan mutawatir (diriwayatkan oleh banyak orang). Para pakar bahasa Arab telah mengakui adanya perbedaan yang sangat mencolok antara gaya penuturan (uslûb) al-Quran dan Hadis Nabi saw. Padahal keduanya sama-sama keluar dari mulut Nabi saw. Dalam hal ini, bagaimanapun kerasnya seseorang menciptakan berbagai macam gaya bahasa dalam pembicaraannya, tetap akan terdapat kemiripan satu sama lain. Memang, ada tuduhan bahwa al-Quran disadur oleh Nabi Muhammad saw. dari seorang pemuda Nasrani bernama Jabr. Namun, tuduhan itu ditolak keras oleh Allah SWT di dalam al-Quran melalui firman-Nya (yang artinya): Sungguh Kami mengetahui bahwa mereka berkata, “Sungguh al-Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepada Muhammad.” Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepada dia adalah bahasa ‘Ajam, sedangkan al-Quran adalah dalam bahasa Arab yang terang (TQS an-Nahl [16]: 103).
Alhasil, jelas bahwa al-Quran bukan karangan Nabi Muhammad saw. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesombongan Hanya Milik Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ”  (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua  ‘ibrah  (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.  Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir  karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...

Ikhlas Menentukan Keshalihan Amal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/20/ikhlas-menentukan-keshalihan-amal/ Allah SWT berfirman (yang artinya):  Tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas menjalankan agama-Nya semata-mata, dengan lurus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat. Itulah agama yang benar  (TQS al-Bayyinah [98]: 5). Allah SWT pun berfirman (yang artinya):  Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah hewan korban itu. Namun, yang akan sampai kepada Dia hanyalah ketakwaan kalian   (TQS al-Haj [22]: 37) Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad),  “Sekalipun kalian semua sembunyikan apa saja yang ada di dalam hati kalian ataupun kalian tampakkan, pasti itu diketahui juga oleh Allah.”  (TQS Ali-lmran [3]: 29) Rasulullah saw. pun bersabda,  “Sungguh amal perbuatan itu bergantung pada niatnya dan sungguh bagi setiap orang itu apa saja yang telah ia niatkan. Karena itu s...

Hati Hati Fitnah Dunia

Suatu ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’). Kita membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya. Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT. Lalu mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia? Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perint...