Langsung ke konten utama

Seberapa Dekat Kita dengan al-Quran?


Sudah selayaknya al-Quran menjadi penyiram hati Anda. Al-Quran selayaknya juga menjadi pengiring setiap langkah Anda. Anda seharusnya dipimpin oleh al-Quran menuju setiap kebaikan. Al-Quran pun akan mengangkat kedudukan Anda lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Anda harus senantiasa memperhatikan al-Quran siang maupun malam; senantiasa membaca, menghapal dan mengamalkan al-Quran. Dengan itu Anda akan menjadi sebaik-baik pengikut dari generasi salaf (terdahulu) maupun generasi khalaf (belakangan).
Masalahnya, seberapa dekat kita dengan al-Quran? Jika pertanyaan ini dilontarkan kepada masing-masing Anda saat ini, mungkin jawabannya akan beragam: sangat dekat, dekat atau cukup dekat. Anda mungkin merasa dekat dengan al-Quran karena kitab suci ini sudah Anda kenal sejak kecil, bahkan sebelum Anda bisa membacanya. Meski mungkin jarang dibaca, rata-rata Muslim sudah sejak lama menyimpan al-Quran di rak bukunya. Sebagian dari Anda merasa dekat dengan al-Quran karena kitab suci itu biasa Anda baca setiap hari. Sebagian dari Anda yang lain bukan sekadar membaca, tetapi mengkaji dengan serius kitab suci tersebut. Bahkan sebagian dari Anda lagi sanggup menghapal sebagian, sebagian besar bahkan seluruh isi al-Quran.
Jika demikian, pertanyaan selanjutnya: sejauh mana al-Quran itu menguasai pikiran, hati dan kepribadian Anda? Pertanyaan itu bisa dibalik: Sejauh mana Anda telah membaca, mengkaji, menghayati dan mengamalkan al-Quran dalam seluruh ucapan dan tindakan Anda? Sejauh mana pula al-Quran itu telah mampu menciptakan perubahan dalam diri Anda, masyarakat Anda bahkan negeri Anda? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesombongan Hanya Milik Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ”  (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua  ‘ibrah  (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.  Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir  karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...

Ikhlas Menentukan Keshalihan Amal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/20/ikhlas-menentukan-keshalihan-amal/ Allah SWT berfirman (yang artinya):  Tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas menjalankan agama-Nya semata-mata, dengan lurus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat. Itulah agama yang benar  (TQS al-Bayyinah [98]: 5). Allah SWT pun berfirman (yang artinya):  Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah hewan korban itu. Namun, yang akan sampai kepada Dia hanyalah ketakwaan kalian   (TQS al-Haj [22]: 37) Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad),  “Sekalipun kalian semua sembunyikan apa saja yang ada di dalam hati kalian ataupun kalian tampakkan, pasti itu diketahui juga oleh Allah.”  (TQS Ali-lmran [3]: 29) Rasulullah saw. pun bersabda,  “Sungguh amal perbuatan itu bergantung pada niatnya dan sungguh bagi setiap orang itu apa saja yang telah ia niatkan. Karena itu s...

Hati Hati Fitnah Dunia

Suatu ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’). Kita membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya. Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT. Lalu mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia? Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perint...