Langsung ke konten utama

Keutamaan Membacakan al-Quran Untuk Orang yang Meninggal


Rasulullah saw. pernah bersabda, "Bacakanlah surah Yasin atas orang yang meninggal di antara kalian." (HR Abu Dawud dan an-Nasa'i;  disahihkan oleh Ibnu Hibban).
Beliau pun bersabda, "Jantungnya al-Quran adalah surah Yasin. Tidak seorang pun yang mencintai Allah dan Hari Akhir membacanya kecuali dosa-dosanya diampuni. Bacakanlah (surah Yasin) atas orang-orang yang meninggal di antara kalian." (HR Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan al-Hakim).
Imam asy-Syaukani, penulis kitab Nayl al-Awthâr, menguatkan bahwa ungkapan yang ada di dalam hadis itu jelas menyebutkan orang yang meninggal di antara kalian (mawtakum) (Lihat: Asy-Syaukani, Nayl al-Awthâr, IV/52).
Ada juga riwayat yang menyebutkan, "Ibnu Umar ra. gemar membacakan bagian awal dan akhir surah al-Baqarah di atas kuburan sesudah mayat dikuburkan." (HR al-Baihaqi dengan sanad yang hasan).
Hadis-hadis di atas dijadikan argumen oleh mereka yang memandang bahwa pahala bacaan yang ditujukan bagi orang yang sudah meninggal akan sampai/diterima.
Imam an-Nawawi rahimahullâh, dalam kitab Riyâdh ash-Shâlihîn, menyebutkan bahwa Imam as-Syafi'i rahimahullâh berkata, "Sangat disukai untuk membacakan atas mayit al-Quran. Kalau bisa sampai khatam, tentu sangat baik."
Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni (hlm. 758) juga menuliskan bahwa disunnahkan untuk membaca al-Quran di kuburan dan menghibahkan pahalanya (untuk si mayit).
Tentang’hadiah pahala’ yang ’dikirimkan’ bagi orang yang sudah meninggal, termasuk bacaan al-Quran, Syaikh Ibn Taimiyah juga memandang hal itu akan sampai alias diterima (Ibn Taimiyah, Kutub wa Rasâ'il wa Fatawa ibn Taymiyah fi al-Fiqh).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesombongan Hanya Milik Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ”  (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua  ‘ibrah  (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.  Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir  karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...

Ikhlas Menentukan Keshalihan Amal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/20/ikhlas-menentukan-keshalihan-amal/ Allah SWT berfirman (yang artinya):  Tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas menjalankan agama-Nya semata-mata, dengan lurus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat. Itulah agama yang benar  (TQS al-Bayyinah [98]: 5). Allah SWT pun berfirman (yang artinya):  Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah hewan korban itu. Namun, yang akan sampai kepada Dia hanyalah ketakwaan kalian   (TQS al-Haj [22]: 37) Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad),  “Sekalipun kalian semua sembunyikan apa saja yang ada di dalam hati kalian ataupun kalian tampakkan, pasti itu diketahui juga oleh Allah.”  (TQS Ali-lmran [3]: 29) Rasulullah saw. pun bersabda,  “Sungguh amal perbuatan itu bergantung pada niatnya dan sungguh bagi setiap orang itu apa saja yang telah ia niatkan. Karena itu s...

Hati Hati Fitnah Dunia

Suatu ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’). Kita membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya. Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT. Lalu mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia? Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perint...