Suatu
ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai
manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah
memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’).
Kita
membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang
rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian
mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah
akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin
al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya.
Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah
mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT.
Lalu
mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia?
Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah
tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perintah Rasul
saw. untuk tetap di posisinya hanya karena dorongan ingin berebut mendapatkan ghanîmah
yang ditinggalkan musuh yang berlarian ketakutan?
Alhasil,
berhati-hatilah dengan fitnah dunia (harta), jangan sampai memaling kita dari
mengingat Allah SWT, dari ibadah dan ketaatan kepada-Nya. Jika itu yang
terjadi, tidakkah kita khawatir dengan ancaman Allah SWT dalam firman-Nya: Hai
orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian
memalingkan kalian dari zikir kepada Allah SWT. Siapa saja yang melakukan
demikian, sungguh dia termasuk orang yang merugi (TQS al-Munafiqun [63]: 9). []
Komentar
Posting Komentar