Langsung ke konten utama

Harta Haram tak Akan Pernah Mengenyangkan

Pernahkah kita mendengar orang kaya dari hasil korupsi, tetapi ia tidak pernah berhenti korupsi? 
Pernah kita melihat orang kaya dari hasil menerima suap tetapi ia tidak pernah berhenti untuk terus menerima suap? 
Pernahkah kita menyaksikan wanita yang berkecukupan dengan “menjajakan tubuhnya”, tetapi tetap tidak berhenti dari profesinya untuk terus “menjajakan tubuhnya”? 
Pernahkah kita melihat orang-orang yang terbiasa makan harta riba dan terus-menerus bergelut dengan harta riba meski mungkin ia sudah berkecukupan?

Begitulah harta haram, betapun pun banyaknya, tak pernah bisa mengenyangkan manusia, sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Siapa saja yang mengusahakan harta halal akan diberkahi. Siapa saja yang mengusahakan harta haram serupa dengan orang yang banyak makan tetapi tidak pernah kenyang.” (HR Ibn Abi ad-Dunya’). 

Bahkan, jangankan harta haram, harta halal pun—bagi orang yang cinta dunia—juga tidak akan bisa membuat dirinya puas. Demikian sebagaimana kata Imam Ali ra., “Ada dua kelompok manusia yang tidak akan pernah puas. Mereka adalah pemburu ilmu dan pemburu harta.”

Hal senada diungkapkan oleh Abu Hazim Salamah bin Dinar ra., “Andai engkau merasa puas dengan apa yang mencukupimu dari dunia ini, maka bagian dunia yang paling rendah sekalipun akan bisa mencukupimu. Sebaliknya, andai engkau tidak pernah puas dengan sesuatu yang mencukupimu, maka seluruh bagian dunia ini tidak akan mencukupimu.” (Shifat ash-Shafwah, II/158).


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesombongan Hanya Milik Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ”  (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua  ‘ibrah  (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.  Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir  karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...

Ikhlas Menentukan Keshalihan Amal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/20/ikhlas-menentukan-keshalihan-amal/ Allah SWT berfirman (yang artinya):  Tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas menjalankan agama-Nya semata-mata, dengan lurus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat. Itulah agama yang benar  (TQS al-Bayyinah [98]: 5). Allah SWT pun berfirman (yang artinya):  Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah hewan korban itu. Namun, yang akan sampai kepada Dia hanyalah ketakwaan kalian   (TQS al-Haj [22]: 37) Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad),  “Sekalipun kalian semua sembunyikan apa saja yang ada di dalam hati kalian ataupun kalian tampakkan, pasti itu diketahui juga oleh Allah.”  (TQS Ali-lmran [3]: 29) Rasulullah saw. pun bersabda,  “Sungguh amal perbuatan itu bergantung pada niatnya dan sungguh bagi setiap orang itu apa saja yang telah ia niatkan. Karena itu s...

Hati Hati Fitnah Dunia

Suatu ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’). Kita membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya. Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT. Lalu mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia? Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perint...