Langsung ke konten utama

Istighfar dan Tobat

Annas ra. menuturkan bahwa ia pernah mendengar Rasul saw. bersabda, “Demi Zat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya, andai kalian berdosa hingga dosa-dosa kalian memenuhi langit dan bumi, lalu kalian memohon ampunan kepada Allah, pasti Dia akan mengampuni kalian.” (HR Ahmad).

Hadis di atas terkait dengan istighfar, yakni memohon ampunan kepada Allah SWT. Istighfar bermakna memohon ampunan dengan menjaga diri dari keburukan dosa-dosa. Istighfar tentu diperintahkan oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya: Ber-istighfar-lah kalian kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang  (TQS al-Muzammil: 20).
Allah SWT juga berfirman: 
Istighfar tentu harus dibarengi dengan tobat. Banyak sekali nas al-Quran maupun al-Hadis yang mengaitkan istighfar dengan tobat, di antaranya dinyatakan dalam firman-Nya: Ber-istighfar-lah kalian dan bertobatlah kalian kepada-Nya (TQS Hud: 3).

Bisa dikatakan bahwa istighfar adalah permohonan ampunan secara lisan, sementara tobat adalah melepaskan dosa-dosa baik dosa-dosa kalbu maupun dosa-dosa perbuatan secara fisik (Ibn Rajab, I/3).
 Dengan demikian tak ada artinya seseorang ber-istighfar memohon ampunan Allah SWT, sementara dia tetap bermaksiat kepada-Nya. Bahkan tindakan ini bisa dianggap sebagai bentuk mecelehkan Allah SWT.
 Ibn Abbas menuturkan bahwa Rasul saw. pernah bersabda, “Orang yang bertobat dari dosa adalah seperti orang yang tidak berdosa. Orang yang ber-istighfar dari dosa, sementara dia tetap tidak meninggalkan perbuatan dosanya, maka dia seperti melecehkan Allah.” (HR Ibn Abi ad-Dunya). []

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesombongan Hanya Milik Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ”  (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua  ‘ibrah  (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.  Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir  karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...

Ikhlas Menentukan Keshalihan Amal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/20/ikhlas-menentukan-keshalihan-amal/ Allah SWT berfirman (yang artinya):  Tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas menjalankan agama-Nya semata-mata, dengan lurus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat. Itulah agama yang benar  (TQS al-Bayyinah [98]: 5). Allah SWT pun berfirman (yang artinya):  Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah hewan korban itu. Namun, yang akan sampai kepada Dia hanyalah ketakwaan kalian   (TQS al-Haj [22]: 37) Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad),  “Sekalipun kalian semua sembunyikan apa saja yang ada di dalam hati kalian ataupun kalian tampakkan, pasti itu diketahui juga oleh Allah.”  (TQS Ali-lmran [3]: 29) Rasulullah saw. pun bersabda,  “Sungguh amal perbuatan itu bergantung pada niatnya dan sungguh bagi setiap orang itu apa saja yang telah ia niatkan. Karena itu s...

Hati Hati Fitnah Dunia

Suatu ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’). Kita membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya. Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT. Lalu mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia? Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perint...