Allah SWT berfirman (yang artinya): Carilah apa
yang telah Allah berikan kepada kamu untuk bekal kehidupan akhirat, tetapi
janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia (TQS al-Qashshsash [28]: 77).
Terkait ayat di atas, Imam al-Jazairi menjelaskan: Pertama,
hendaknya Anda melakukan ragam amal kebaikan dengan harta yang telah Allah
berikan (demi meraih pahala di akhirat, pen.), yakni dengan meninfakkan
harta itu di jalan Allah SWT. Kedua, hendaklah Anda makan, minum berkendaraan
dan memiliki tempat tinggal di dunia tanpa berlebih-lebihan (melanggar keharaman,
pen.) (Al-Jazairi, Aysar at-Tafâsîr, hlm. 334).
Dengan demikian, menikmati kehidupan dunia tidaklah
tercela. Yang dicela adalah saat tidak ada orientasi akhirat di dalamnya. Ini
sebagaimana saat
Abu Shafwan ar-Raini ditanya, “Kehiduan dunia yang bagaimana yang dicela
oleh Allah SWT di dalam al-Quran dan yang dianjurkan untuk dijauhi oleh orang
yang berakal?” Beliau menjawab, “Segala sesuatu yang engkau cintai di
dunia dengan tujuan duniawi,
itulah yang dicela. Adapun yang engkau
cintai dari dunia ini dengan tujuan akhirat, itu tidaklah tercela.” (Tazkiyah an-Nufûs, hlm. 128).
Karena
itu para Sahabat bukanlah orang-orang yang rakus terhadap dunia. Bahkan mereka
cenderung “meremehkan” dunia. Ini sebagaimana dinyatakan oleh Hasan
al-Bashri berkata, “Demi Zat Yang
jiwaku berada di tangan-Nya! Aku telah menemukan suatu kaum (para Sahabat Nabi
saw.),
yang
dalam pandangan mereka, dunia lebih hina daripada tanah yang mereka
injak.”
(Al-Baihaqi, Az-Zuhd, hlm. 157).
Komentar
Posting Komentar