Langsung ke konten utama

Pantaskah kita Sombong?

Seorang Muslim yang baik tentu tidak akan pernah bersikap angkuh atau sombong. Ia akan selalu menyadari, bahwa apa yang ada pada dirinya atau apa yang ia ‘punya’, hakikatnya bukan miliknya, tetapi milik Allah SWT yang kebetulan Dia titipkan kepada dirinya.

Karena itu tentu berbahagialah orang yang memiliki kesadaran semacam ini, sebagaimana dinyatakan oleh Hasan al-Bashri, "Semoga Allah merahmati orang-orang menjadikan dunia ini sebagai titipan. Mereka menunaikan amanah itu kepada yang mempercayakannya dan mereka pun pergi tanpa beban." (Al-Ghazali, Ihyâ' ‘Ulûm ad-Dîn, III/ 221).

Namun demikian, sebagai manusia, kita adakalanya khilaf dan lupa; sesekali mungkin pernah muncul dalam diri kita sikap sombong dan angkuh. Agar perasaan demikian tidak muncul lagi, maka penting bagi kita untuk merenungkan nasihat Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithi rahimahulLâh berikut:

"Wahai manusia yang sombong. Kamu adalah makhluk yang lemah, remeh, tidak berdaya dan terkepung di antara dua benda mati yang kamu tidak berdaya untuk memberikan pengaruh terhadapnya. Bumi yang di bawahmu. Kamu tidak akan mampu untuk melubanginya dengan injakan kakimu. Gunung yang menjulang di atasmu. 

Kamu tidak akan mampu mencapai ketinggian yang sama dengannya. Maka dari itu, sadarilah keterbatasan kemampuanmu. Janganlah engkau takabur dan sombong. Janganlah kamu berjalan di atas bumi ini dengan angkuh." (Asy-Syinqiti, Adhwâ’ al-Bayân, 3/592).

Kita juga pantas merenungkan kata-kata Ali bin Hasan, "Aku heran kepada orang yang sombong dan angkuh; yang kemarin dia hanyalah setetes mani dan besok dia akan menjadi bangkai." (Ibn al-Jauzi, Shifhah ash-Shafwah, II/ 95).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesombongan Hanya Milik Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ”  (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua  ‘ibrah  (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.  Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir  karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...

Ikhlas Menentukan Keshalihan Amal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/20/ikhlas-menentukan-keshalihan-amal/ Allah SWT berfirman (yang artinya):  Tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas menjalankan agama-Nya semata-mata, dengan lurus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat. Itulah agama yang benar  (TQS al-Bayyinah [98]: 5). Allah SWT pun berfirman (yang artinya):  Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah hewan korban itu. Namun, yang akan sampai kepada Dia hanyalah ketakwaan kalian   (TQS al-Haj [22]: 37) Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad),  “Sekalipun kalian semua sembunyikan apa saja yang ada di dalam hati kalian ataupun kalian tampakkan, pasti itu diketahui juga oleh Allah.”  (TQS Ali-lmran [3]: 29) Rasulullah saw. pun bersabda,  “Sungguh amal perbuatan itu bergantung pada niatnya dan sungguh bagi setiap orang itu apa saja yang telah ia niatkan. Karena itu s...

Hati Hati Fitnah Dunia

Suatu ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’). Kita membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya. Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT. Lalu mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia? Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perint...