Langsung ke konten utama

Islam Satu-satunya Jalan Lurus


Paling tidak 17 kali sehari—di dalam shalat—kita memohon agar Allah SWT menunjuki kita jalan yang lurus. Itulah Islam. Selain Islam adalah jalan yang  sesat (QS al-An’am [6]: 153). Karena itu saat Anda tidak mengamalkan al-Quran, tidak mengikuti syariahnya, Anda sesungguhnya sedang berjalan di jalan yang bengkok. Saat demikian, permohonan Anda kepada Allah agar Dia menunjuki jalan yang lurus adalah permohonan dusta dan penuh kepura-puraan.
Jalan lurus itu adalah jalan yang dapat mengantarkan pada kenikmatan. Nikmat itu banyak jumlahnya: nikmat hidup, nikmat menjadi makhluk termulia, nikmat akal, nikmat sehat, nikmat harta, nikmat memiliki anak-istri, dsb. Meski wajib kita syukuri, semua nikmat itu sesungguhnya semu. Nikmat hakiki hanya ada di  surga nan abadi. Itulah nikmat yang Allah SWT berikan kepada para nabi, para shiddiqîn, para syuhada dan orang-orang shalih. Itulah yang sejatinya sering kita mohonkan kepada Allah SWT dalam shalat-shalat kita.
Karena itu seorang Muslim tak mungkin sekaligus memeluk agama Yahudi; mustahil pula sekaligus ia meyakini akidah Nasrani. Yang sangat mungkin alias tak mustahil, seorang Muslim berperilaku dan menempuh jalan kaum Yahudi dan Nasrani. Muslim tapi mengumbar aurat. Muslim tapi bergaul bebas. Muslim tapi pelaku riba. Muslim tapi selingkuh. Muslim tapi korupsi. Muslim tapi terlibat suap-menyuap. Jika itu yang terjadi, sungguh ia sedang berada di jalan yang bengkok, jalan yang sesat dan menyesatkan. Semoga Allah SWT menjauhkan kita dari perilaku dan jalan hidup kaum kafir seperti itu (QS al-Fatihah [1]: 7). []


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesombongan Hanya Milik Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ”  (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua  ‘ibrah  (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.  Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir  karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...

Ikhlas Menentukan Keshalihan Amal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/20/ikhlas-menentukan-keshalihan-amal/ Allah SWT berfirman (yang artinya):  Tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas menjalankan agama-Nya semata-mata, dengan lurus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat. Itulah agama yang benar  (TQS al-Bayyinah [98]: 5). Allah SWT pun berfirman (yang artinya):  Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah hewan korban itu. Namun, yang akan sampai kepada Dia hanyalah ketakwaan kalian   (TQS al-Haj [22]: 37) Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad),  “Sekalipun kalian semua sembunyikan apa saja yang ada di dalam hati kalian ataupun kalian tampakkan, pasti itu diketahui juga oleh Allah.”  (TQS Ali-lmran [3]: 29) Rasulullah saw. pun bersabda,  “Sungguh amal perbuatan itu bergantung pada niatnya dan sungguh bagi setiap orang itu apa saja yang telah ia niatkan. Karena itu s...

Hati Hati Fitnah Dunia

Suatu ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’). Kita membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya. Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT. Lalu mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia? Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perint...