Langsung ke konten utama

Keutamaan Memperbanyak Sujud

Tsauban, maula Rasulullah saw., pernah bertanya kepada Rasul saw. tentang amalan yang bisa memasukkan seorang hamba ke dalam surga, atau tentang amalan yang paling disukai oleh Allah SWT. Rasul saw. menjawab, “Kamu harus memperbanyak sujud. Sebab, sesungguhnya tidaklah kamu bersujud kepada Allah satu kali, kecuali Allah menaikkan derajatmu satu derajat dan menghapus dari kamu satu dosa.” Karena itu perbanyaklah sujud.” (HR Ahmad).

Rasul saw. juga bersabda, “Siapa saja yang berwudhu sesuai dengan yang diperintahkan, lalu menunaikan shalat sesuai dengan yang diperintahkan, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” (HR an-Nasa’I dan Ibn Majah).
Di antara sujud yang paling utama adalah sujud dalam shalat subuh secara berjamaah di masjid. Anas ra. menuturkan bahwa Rasul saw. juga pernah bersabda, “Siapa saja menunaikan shalat fajar (subuh) secara berjamaah, lalu ia duduk sambil berzikir kepada Allah SWT hingga terbit matahari, kemudian dia menunaikan shalat dua rakaat, maka bagi dia pahala haji dan umrah.” (HR ath-Thabrani).
Rasul saw. pun pernah bersabda, “Siapa saja yang duduk di tempat shalatnya saat ia selesai menunaikan shalat subuh (berjamaah) hingga ia menunaikan shalat dhuha dua rakaat, dan ia tidak mengucapkan apapun selain kebaikan, maka dosa-dosanya diampuni meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Rasul saw. juga bersabda, “Siapa saja yang menunaikan shalat fajar (subuh), lalu ia duduk di tempat duduknya dan tidak disibukkan dengan urusan dunia seraya ia berzikir kepada Allah SWT hingga ia menunaikan shalat dhuha empat rakaat, maka ia keluar dari dosa-dosanya seperti hari saat ia dilahirkan oleh ibunya dengan tidak membawa dosa sedikit pun.” (HR ath-Thabrani). []



Artikel Inspiratif lainnya kunjungi kami di :


Website    : www.CintaQuran.com
Facebook : CintaQuranID
Instagram : @cintaquran.id
www.CintaQuran.com


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesombongan Hanya Milik Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ”  (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua  ‘ibrah  (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.  Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir  karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...

Ikhlas Menentukan Keshalihan Amal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/20/ikhlas-menentukan-keshalihan-amal/ Allah SWT berfirman (yang artinya):  Tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas menjalankan agama-Nya semata-mata, dengan lurus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat. Itulah agama yang benar  (TQS al-Bayyinah [98]: 5). Allah SWT pun berfirman (yang artinya):  Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah hewan korban itu. Namun, yang akan sampai kepada Dia hanyalah ketakwaan kalian   (TQS al-Haj [22]: 37) Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad),  “Sekalipun kalian semua sembunyikan apa saja yang ada di dalam hati kalian ataupun kalian tampakkan, pasti itu diketahui juga oleh Allah.”  (TQS Ali-lmran [3]: 29) Rasulullah saw. pun bersabda,  “Sungguh amal perbuatan itu bergantung pada niatnya dan sungguh bagi setiap orang itu apa saja yang telah ia niatkan. Karena itu s...

Hati Hati Fitnah Dunia

Suatu ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’). Kita membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya. Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT. Lalu mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia? Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perint...