Langsung ke konten utama

Mungkinkah al-Quran Karya Bangsa Arab?


Sebagian orang, khususnya kaum non-Muslim atau Muslim liberal, sering meragukan otentisitas al-Quran sebagai wahyu Tuhan. Mereka, misalnya, ada yang menuduh bahwa al-Quran adalah karangan bangsa Arab. Betulkah demikian?
Jelas, tudingan itu batil. Pasalnya, al-Quran sendiri sudah sejak awal kemunculannya telah menantang mereka (bangsa Arab) agar  membuat karya semisal al-Quran. Allah SWT, misalnya, berfirman (yang artinya): Jika kalian meragukan apa yang telah Kami turunkan (berupa al-Quran) kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surat saja yang semisal dengan al-Quran, dan panggillah para penolong kalian selain Allah jika kalian orang-orang yang benar (TQS al-Baqarah [2]: 23).
Allah SWT pun berfirman (yang artinya): Bahkan mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat-buat al-Quran itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kalian sanggup (panggil) selain Allah jika kamu memang orang-orang yang benar.” (TQS Hud [11]: 13).
Allah SWT pun menegaskan dalam ayat lain (yang artinya): Atau (patutkah) mereka mengatakan, “Muhammad membuat-buat al-Quran.” Katakanlah, “(Kalau benar yang kamu katakan itu), coba datangkan sebuah surat yang serupa, dan panggillah siapa saja yang dapat kalian panggil (untuk membuatnya) selain Allah jika kalian orang-orang yang benar.” (TQS Yunus [10]: 38).
Faktanya, sejak tantangan itu hingga hari ini tidak ada seorang Arab pun—meskipun telah bersusah-payah—yang mampu menghasilkan karya serupa al-Quran. Alhasil dapat disimpulkan, al-Quran pasti bukan karangan bangsa Arab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesombongan Hanya Milik Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ”  (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua  ‘ibrah  (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.  Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir  karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...

Ikhlas Menentukan Keshalihan Amal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/20/ikhlas-menentukan-keshalihan-amal/ Allah SWT berfirman (yang artinya):  Tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas menjalankan agama-Nya semata-mata, dengan lurus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat. Itulah agama yang benar  (TQS al-Bayyinah [98]: 5). Allah SWT pun berfirman (yang artinya):  Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah hewan korban itu. Namun, yang akan sampai kepada Dia hanyalah ketakwaan kalian   (TQS al-Haj [22]: 37) Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad),  “Sekalipun kalian semua sembunyikan apa saja yang ada di dalam hati kalian ataupun kalian tampakkan, pasti itu diketahui juga oleh Allah.”  (TQS Ali-lmran [3]: 29) Rasulullah saw. pun bersabda,  “Sungguh amal perbuatan itu bergantung pada niatnya dan sungguh bagi setiap orang itu apa saja yang telah ia niatkan. Karena itu s...

Hati Hati Fitnah Dunia

Suatu ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’). Kita membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya. Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT. Lalu mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia? Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perint...