https://cintaquran.com/publik/2017/04/13/larangan-bergaul-dengan-pelaku-maksiat/
Rasulullah
saw. pernah bersabda, “Seseorang itu
bergantung pada agama temannya. Karena itu hendaknya salah seorang dari kalian
melihat siapa temannya.” (HR Ahmad
dan at-Tirmidzi).
Karena itu pula Ibnu
'Abbas pernah berkata, “Janganlah Anda duduk-duduk (bergaul) bersama para
pengikut hawa nafsu karena sesungguhnya duduk-duduk bersama mereka akan membuat
hati menjadi sakit.” (Ibnu
Baththah, Al-Ibânah al-Kubrâ, 2/438).
Mushab bin Saad pun pernah berkata,
“Janganlah engkau duduk bersama orang yang terfinah (sesat) karena tidak akan
luput darimu salah satu dari dua kemungkinan: engkau terfitnah (tersesat)
sehingga engkau mengikuti dirinya atau dia akan mengganggu kamu sebelum engkau
meninggalkan dirinya.” (Ibnu Baththtah, Al-Ibânah al-Kubrâ, 2/442).
Karena itu hendaknya kita tidak bergaul dengan para
pelaku dosa dan kemaksiatan. Hal ini antara lain didasarkan pada hadis dari
Jabir ra. bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Siapa
saja yang mengimani Allah dan Hari Akhir, janganlah duduk di tempat hidangan
yang di dalamnya disediakan khamar.” (HR at-Tirmidzi).
Selain terlarang, teman duduk sedikit banyak
memberikan pengaruh. Abu Musa al-Asy’ari menuturkan bahwa Rasulullah saw.
pernah bersabda, “Permisalan
teman duduk yang shalih dan teman duduk yang buruk seperti penjual misik dan
pandai besi. Penjual misik boleh jadi memberi kamu misik; engkau membeli misik
dari dia atau setidaknya engkau akan mencium bau harumnya. Adapun pandai besi
boleh jadi akan membuat bajumu terbakar atau engkau mencium bau yang tidak
enak.” (HR
al-Bukhari dan Muslim).
Alhasil, mari kita menjauhkan diri dari para pelaku
dosa dan kemaksiatan. Pergaulan kita dengan mereka sebatas untuk kepentingan
mendakwahi dan menasihati mereka.
Komentar
Posting Komentar