Langsung ke konten utama

Meminta Pertolongan Hanya kepada Allah SWT


Dalam hidup ini setiap orang pasti dihadapkan pada sejumlah masalah, baik terasa ringan ataupun berat. Saat ditimpa masalah, sebagian orang biasa berkeluh-kesah. Begitulah manusia, sebagaimana firman Allah SWT (yang artinya): Sungguh manusia itu diciptakan dalam keadaan berkeluh-kesah (TQS al-Ma’arij [70]: 19).

Namun, seorang Muslim tidak seharusnya bersikap demikian. Ia wajib bersyukur saat mendapat karunia dan bersabar ketika mendapat musibah. Inilah sikap yang dipuji oleh Rasulullah saw. sebagaimana sabdanya, “Sungguh menakjubkan perkara orang Mukmin. Jika dikaruniai kebaikan, ia memuji Allah dan bersyukur. Jika ditimpa musibah, ia memuji Allah dan bersabar.” (Syarh as-Sunnah li al-Baghawi, 5/448).

Karena itu saat ditimpa berbagai masalah, selain bersikap sabar, seorang Mukmin hanya akan mengadu kepada Allah SWT dan hanya akan memohon pertolongan kepada-Nya. Hal itu sebagaimana sering ia ucapkan saat membaca Surat al-Fatihah, khususnya di dalam shalat-shalat fardhu, minimal 17 kali, yakni kalimat, “Wa iyyaka nasta’în (Hanya kepada Allah kami memohon pertolongan).”

Dengan memahami dan mendalami kalimat dalam ayat di atas, seorang Mukmin akan selalu memohon pertolongan hanya kepada Allah SWT dan senantiasa bersandar hanya kepada-Nya; bukan kepada selain-Nya.

Alhasil, apa pun masalah kita, hendaknya kita selalu memohon pertolongan kepada Allah SWT. Dengan itu, insya Allah, kita tak akan pernah kecewa; tentu selama kita pun senantisa menghambakan diri kepada-Nya dengan banyak beribadah dan ber-taqarrub kepada-Nya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesombongan Hanya Milik Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ”  (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua  ‘ibrah  (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.  Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir  karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...

Ikhlas Menentukan Keshalihan Amal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/20/ikhlas-menentukan-keshalihan-amal/ Allah SWT berfirman (yang artinya):  Tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas menjalankan agama-Nya semata-mata, dengan lurus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat. Itulah agama yang benar  (TQS al-Bayyinah [98]: 5). Allah SWT pun berfirman (yang artinya):  Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah hewan korban itu. Namun, yang akan sampai kepada Dia hanyalah ketakwaan kalian   (TQS al-Haj [22]: 37) Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad),  “Sekalipun kalian semua sembunyikan apa saja yang ada di dalam hati kalian ataupun kalian tampakkan, pasti itu diketahui juga oleh Allah.”  (TQS Ali-lmran [3]: 29) Rasulullah saw. pun bersabda,  “Sungguh amal perbuatan itu bergantung pada niatnya dan sungguh bagi setiap orang itu apa saja yang telah ia niatkan. Karena itu s...

Hati Hati Fitnah Dunia

Suatu ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’). Kita membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya. Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT. Lalu mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia? Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perint...