Manusia memang makhluk berakal.
Pernyataan di atas hanya berarti bahwa dengan akalnya manusia memiliki potensi
untuk berpikir. Apakah manusia itu sendiri berpikir atau tidak—artinya dia menggunakan
akal atau tidak—bergantung pada pilihan manusia itu sendiri. Saat manusia mau
berpikir atau menggunakan akalnya, mereka berpotensi untuk menjadi baik.
Sebaliknya, saat manusia enggan menggunakan akalnya (tidak mau berpikir),
mereka berpotensi menjadi buruk, bahkan lebih buruk daripada binatang ternak.
Inilah yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya (yang artinya):
Sungguh Kami menjadikan untuk (isi Neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan
manusia. Mereka mempunyai kalbu (akal), tetapi tidak digunakan untuk memahami/memikirakan
(ayat-ayat Allah)...Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih
sesat lagi. Mereka itulah orang-orang lalai (TQS al-A’raf [7]: 179).
https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ” (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua ‘ibrah (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas. Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan Al-Mutakabbir karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...
Komentar
Posting Komentar