Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2016

Dua Nikmat yang Sering Terlupakan

Pernahkah kita bertanya, kapan kita benar-benar bisa merasakan nikmat sehat? Betul. Kita acapkali benar-benar bisa merasakan nikmat sehat justru saat kita sakit. Pernahkah kita pun bertanya, kapan kita bisa benar-benar merasakan nikmatnya memiliki waktu luang? Betul juga. Kita acapkali bisa merasakan nikmatnya memiliki waktu luang justru saat kita merasa terlalu disibukkan oleh banyak hal, misalnya pekerjaan. Karena itu benar sabda Rasulullah saw., ”Ada dua kenikmatan yang sering membuat banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR al-Bukhari). Terkait sabda Rasul saw. di atas, Ibnul Jauzi pernah berkata, ”Kadang seseorang berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Kadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi sakit. Jika terkumpul pada manusia nikmat sehat dan waktu luang, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan ketaatan. Itulah manusia yang telah terperdaya.” Ibnul Jauz...

Islam Satu-satunya Jalan Lurus

Paling tidak 17 kali sehari—di dalam shalat—kita memohon agar Allah SWT menunjuki kita jalan yang lurus. Itulah Islam. Selain Islam adalah jalan yang  sesat (QS al-An’am [6]: 153). Karena itu saat Anda tidak mengamalkan al-Quran, tidak mengikuti syariahnya, Anda sesungguhnya sedang berjalan di jalan yang bengkok. Saat demikian, permohonan Anda kepada Allah agar Dia menunjuki jalan yang lurus adalah permohonan dusta dan penuh kepura-puraan. Jalan lurus itu adalah jalan yang dapat mengantarkan pada kenikmatan. Nikmat itu banyak jumlahnya: nikmat hidup, nikmat menjadi makhluk termulia, nikmat akal, nikmat sehat, nikmat harta, nikmat memiliki anak-istri, dsb. Meski wajib kita syukuri, semua nikmat itu sesungguhnya semu. Nikmat hakiki hanya ada di  surga nan abadi. Itulah nikmat yang Allah SWT berikan kepada para nabi, para shiddiqĂ®n , para syuhada dan orang-orang shalih. Itulah yang sejatinya sering kita mohonkan kepada Allah SWT dalam shalat-shalat kita. Karena itu seora...

Pantaskah kita Sombong?

Seorang Muslim yang baik tentu tidak akan pernah bersikap angkuh atau sombong. Ia akan selalu menyadari, bahwa apa yang ada pada dirinya atau apa yang ia ‘punya’, hakikatnya bukan miliknya, tetapi milik Allah SWT yang kebetulan Dia titipkan kepada dirinya. Karena itu tentu berbahagialah orang yang memiliki kesadaran semacam ini, sebagaimana dinyatakan oleh Hasan al-Bashri, "Semoga Allah merahmati orang-orang menjadikan dunia ini sebagai titipan. Mereka menunaikan amanah itu kepada yang mempercayakannya dan mereka pun pergi tanpa beban." (Al-Ghazali,  Ihyâ' ‘UlĂ»m ad-DĂ®n , III/ 221). Namun demikian, sebagai manusia, kita adakalanya khilaf dan lupa; sesekali mungkin pernah muncul dalam diri kita sikap sombong dan angkuh. Agar perasaan demikian tidak muncul lagi, maka penting bagi kita untuk merenungkan nasihat Syaikh Muhammad Amin asy-Syinqithi  rahimahulLâh  berikut: "Wahai manusia yang sombong. Kamu adalah makhluk yang lemah, remeh, tidak berdaya dan terkepung...

Keadilan Islam

Panglima Qutaibah ibnu Muslim al-Bahili adalah seorang panglima besar yang telah menaklukkan negeri-negeri di Asia Tengah sampai perbatasan Cina. Di antara negeri-nengeri yang ditaklukkan tersebut adalah Samarkand. Sayang, negeri ini ditaklukkan oleh kaum Muslim tanpa memberikan pilihan terlebih dulu kepada penduduknya untuk memeluk Islam, berdamai atau berperang. Setelah berlalu 20 tahun dari penaklukannya tersebut, Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah. Penduduk Samarkand mendengar keadilan sang Khalifah. Mereka lalu mengirim delegasi kepada Khalifah di Damaskus untuk mengadukan perkara mereka. Khalifah Umar bin Abdul Aziz lalu mengirim surat kepada Gubernur Sulaiman bin Abi as-Sirry yang isinya: ”Penduduk Samarkand telah mengadukan kezaliman yang menimpa mereka dan serangan yang dilakukan Qutaibah yang telah mengusir mereka dari negerinya. Jika suratku ini sampai kepadamu, angkatlah seorang qadhi (hakim) yang akan mengadili perkara mereka ini. Jika dia memenangkan pe...

Nikmat Sehat dan Waktu Luang

Rasulullah saw. pernah bersabda, “Jika engkau berada di waktu sore, janganlah menunggu-nunggu waktu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu-nunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu. Manfaatkan pula masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR al-Bukhari). Rasulullah saw. pun pernah bersabda, “Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (HR al-Bukhari). Terkait hadis Rasul saw. di atas, Ibnu al-Jauzi berkata, ”Kadang-kadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun ia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dengan urusan dunianya. Kadang-kadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun ia dalam kondisi sakit. Apabila terkumpul pada manusia waktu luang dan nikmat sehat, sungguh akan datang rasa malas dalam melakukan amalan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).” Ibnu al-Jauzi juga berkata, “Dunia adalah ladang beramal untuk menuai paneh di akhirat kelak. Dun...

Menangis Karena Takkut Kepada Allah SWT

Menangis karena Takut kepada Allah SWT Banyak manusia yang mudah bersedih dan menangis saat kehilangan sesuatu yang bersifat duniawi dari dirinya; entah kehilangan harta, anggota keluarga, atau bahkan sekadar kehilangan kesempatan yang ia anggap menguntungkan. Sebaliknya, banyak pula manusia yang begitu sulit menangis karena banyaknya dosa-dosanya dan kurangnya amal ibadahnya. Mereka jarang menangis karena dorongan rasa takutnya kepada Allah SWT. Padahal, kata Imam Imam Hasan al-Bashri rahimahulLâh, “Andai seseorang menangis pada sekumpulan manusia karena takut kepada Allah, niscaya mereka dirahmati semuanya.” Dikatakan juga, “Tidak ada satu amalan pun kecuali ada timbangannya yang jelas kecuali menangis karena takut kepada Allah. Allah tidak membatasi sedikit pun nilai dari setiap tetes air matanya.” Hasan al-Bashri juga berkata, “Tidaklah seseorang menangis kecuali hatinya menjadi saksi akan kebenaran atau kedustaannya.” (Hasan al-Bashri, Al-Mawâ’izh, hlm. 109). ...

Meneladani Generasi Terbaik

Rasulullah saw. pernah bersabda, “Generasi terbaik adalah generasiku (para sahabat), lalu generasi berikutnya ( tâbi’in ), kemudian generasi berikutnya ( tâbi’ at-tâbi’Ă®n ).” (HR al-Bukhari dan Muslim). Hadis di atas adalah pernyataan tegas dari Rasulullah saw. bahwa generasi sahabat, tâbi’Ă®n dan tâbi’Ă®n adalah generasi terbaik dari umat ini. Kepada merekalah generasi hari ini layak mencontoh dan meneladani. Itu pula yang ditegaskan oleh 'Abdullah bin Mas'ud ra., "Siapa saja di antara kalian  yang ingin meneladani manusia, hendaklah meneladani para sahabat Rasulullah saw. Sungguh mereka adalah umat yang paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling sedikit bebannya, paling lurus petunjuknya, dan paling baik keadaannya. Suatu kaum yang telah Allah SWT pilih untuk menemani Nabi-Nya dan menegakkan agama-Nya, maka kenalilah keutamaan mereka serta ikutilah atsar-atsar (jejak-jejak keteladanan) mereka karena mereka berada di jalan yang lurus." (HR Ibn...

Belajar Zuhud dari Khalifah Umar bin Khattab ra

Pada suatu hari, saat Khalifah Umar ra. sedang makan roti, datanglah Utbah bin Abi Farqad ra. Utbah pun beliau persilakan masuk sekaligus beliau ajak untuk ikut makan roti bersama. Roti itu ternyata terlalu keras sehingga Uthbah tampak agak kesulitan memakannya. “Andai saja engkau membeli makanan dari tepung yang empuk,” kata Uthbah. Khalifah Umar malah bertanya, “Apakah setiap rakyatku mampu membeli tepung dengan kualitas yang baik?” “Tentu tidak,” jawab Uthbah ra. “Kalau begitu, engkau telah menyuruhku untuk menghabiskan seluruh kenikmatan hidup di dunia ini,” tegas Umar. Itulah Khalifah Umar ra., penguasa Muslim yang wilayah kekuasaannya saat itu adalah seluruh jazirah Arab, Timur Tengah, bahkan sebagian Afrika. Kebesaran kekuasan beliau tentu jauh lebih besar daripada kekuasaan para raja Arab saat ini. Namun, semua itu ternyata tidak otomatis menjadikan beliau kaya-raya serta bergelimang harta dan kemewahan, sebagaimana para penguasa Arab saat ini; juga sebagaimana penguas...

Muallaf Cinta Islam | Hafidz Abdurrahman

Masya Allah, pesatnya perkembangan muallaf di Indonesia. Sebanyak 1.078 orang/tahun memeluk agama Islam (sensus kementrian agama, 2013). Namun tahukah Anda, ternyata begitu minimnya kepedulian dan pembinaan dari pemerintah terhadap para Muallaf. Sehingga tidak sedikit diantara Muallaf yang kembali kepada agama lama mereka. Yuk hadir, di Event Muallaf Cinta Islam, sebuah forum yang didedikasikan untuk membangun kepedulian dan pembinaan bagi para Muallaf di Indonesia. Menghadirkan muallaf dan tokoh inspiratif nasional: - Umi Irena Handono (Mantan Biarawati) - Ust Felix Siauw (Muallaf, Dai Nasional) - Ust Fatih Karim (CEO Cinta Quran) - Ust Hafidz Abdurrahman (Pimpinan Ponpes Syaroful Haramain) - Asep Supriatna (Inspirator Perubahan) đź—“ Minggu, 25 Desember 2016 ⏰ Pukul 07.30 - 12.00 WIB 🏠 Ballroom Prajurit Balai Sudirman-Jakarta HTM Reg : Rp 100.000,- (snack box) VIP : Rp 200.000,- (snack box, lunchbox, voucher umroh senilai 1 juta rupi...

Keutamaan Memperbanyak Sujud

Tsauban, maula Rasulullah saw., pernah bertanya kepada Rasul saw. tentang amalan yang bisa memasukkan seorang hamba ke dalam surga, atau tentang amalan yang paling disukai oleh Allah SWT. Rasul saw. menjawab,  “Kamu harus memperbanyak sujud. Sebab, sesungguhnya tidaklah kamu bersujud kepada Allah satu kali, kecuali Allah menaikkan derajatmu satu derajat dan menghapus dari kamu satu dosa.” Karena itu perbanyaklah sujud.”  (HR Ahmad). Rasul saw. juga bersabda,  “Siapa saja yang berwudhu sesuai dengan yang diperintahkan, lalu menunaikan shalat sesuai dengan yang diperintahkan, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.”  (HR an-Nasa’I dan Ibn Majah). Di antara sujud yang paling utama adalah sujud dalam shalat subuh secara berjamaah di masjid. Anas ra. menuturkan bahwa Rasul saw. juga pernah bersabda,  “Siapa saja menunaikan shalat fajar (subuh) secara berjamaah, lalu ia duduk sambil berzikir kepada Allah SWT hingga terbit matahari, kemudian dia menunaikan s...

Keutamaan Shalat Berjamaah di Mesjid

Rasul saw. pernah bersabda, “Shalat seseorang berjamaah (di masjid) dilipatgandakan pahalanya daripada shalatnya di rumahnya sebanyak 25 atau 27 derajat. Hal itu karena ia berwudhu, lalu membaguskan wudhunya, kemudian ia keluar menuju mesjid untuk menunaikan shalat. Tidaklah dia melangkah satu langkah (menuju mesjid untuk shalat berjamaah) kecuali derajatnya diangkat satu derajat dan satu dosanya dihapus. Jika dia shalat berjamaah maka para malaikat akan selalu mendoakan dirinya sepanjang ia shalat.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Rasul saw. juga bersabda, “Siapa saja berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu ia berjalan (menuju masjid) untuk menunaikan shalat wajib bersama imam, maka dosa-dosanya diampuni.” (HR Ibn Khuzaimah). Rasul saw. pun bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian berwudhu dan membaguskan wudhunya, lalu ia keluar (menuju masjid) untuk shalat (berjamaah), maka tidaklah dia mengayunkan kaki kanannya kecuali Allah menulikan bagi dia satu keba...

Keutamaan Shalat Berjamaah di Mesjid

Rasul saw. pernah bersabda, “Shalat seseorang berjamaah (di masjid) dilipatgandakan pahalanya daripada shalatnya di rumahnya sebanyak 25 atau 27 derajat. Hal itu karena ia berwudhu, lalu membaguskan wudhunya, kemudian ia keluar menuju mesjid untuk menunaikan shalat. Tidaklah dia melangkah satu langkah (menuju mesjid untuk shalat berjamaah) kecuali derajatnya diangkat satu derajat dan satu dosanya dihapus. Jika dia shalat berjamaah maka para malaikat akan selalu mendoakan dirinya sepanjang ia shalat.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Rasul saw. juga bersabda, “Siapa saja berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, lalu ia berjalan (menuju masjid) untuk menunaikan shalat wajib bersama imam, maka dosa-dosanya diampuni.” (HR Ibn Khuzaimah). Rasul saw. pun bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian berwudhu dan membaguskan wudhunya, lalu ia keluar (menuju masjid) untuk shalat (berjamaah), maka tidaklah dia mengayunkan kaki kanannya kecuali Allah menulikan bagi dia satu keba...

Ustadz Felix Siauw | Muallaf Cinta Islam

Masya Allah, pesatnya perkembangan muallaf di Indonesia. Sebanyak 1.078 orang/tahun memeluk agama Islam (sensus kementrian agama, 2013). Namun tahukah Anda, ternyata begitu minimnya kepedulian dan pembinaan dari pemerintah terhadap para Muallaf. Sehingga tidak sedikit diantara Muallaf yang kembali kepada agama lama mereka. Event Muallaf Cinta Islam, sebuah forum yang di dedikasikan untuk membangun kepedulian dan pembinaan untuk para Muallaf di Indonesia. Menghadirkan muallaf dan tokoh inspiratif nasional; - Umi Irena Handono (Mantan Biarawati) - Ust Felix Siauw (Muallaf,Dai Nasional) - Ust Fatih Karim (CEO Cinta Quran) - Ust Hafidz Abdurrahman (Pimpinan Ponpes Syaroful Haramain) - Asep Supriatna (Life performace trainer) đź—“ Minggu, 25 Desember 2016 ⏰ Pukul 07.30 - 12.00 WIB 🏠 Ballroom Prajurit Balai Sudirman-Jakarta. HTM Reg : Rp 100.000,- (snack box) VIP : Rp 200.000,- (snack box, lunchbox, voucher umroh senilai 1 juta rupiah, seminar kit) Tersedia Doorprize menarik ! Past...

Belajar Dari Kemenangan Para Sahabat

Kaum Muslim, khususnya generasi para Sahabat, adalah generasi pemenang. Mereka tak terkalahkan, bahkan saat menghadapi Kerajaan Romawi sekalipun, yang saat itu merupakan sebuah 'negara adidaya'. Mengapa pasukan Romawi bisa dikalahkan oleh kaum Muslim?  Inilah yang juga menjadi pertanyaan Heraklius, penguasa Romawi saat itu.  Saat berada di Antakiah dan pasukan Romawi pulang dalam keadaan kalah menghadapi kaum Muslim, Heraklius bertanya kepada pasukannya tentang sebab kekalahan mereka, “Celaka kalian! Siapa yang lebih banyak pasukannya, kalian atau mereka?” Mereka menjawab, “Kami lebih banyak jumlahnya beberapa kali lipat di semua tempat.”  Heraklius bertanya lagi, “Lalu mengapa kalian bisa dikalahkan?” Mereka menjawab, “Karena mereka biasa melakukan salat malam, berpuasa pada siang hari, menepati janji, melakukan amar makruf nahi mungkar dan berlaku adil kepada sesama mereka.  Sebaliknya, kita biasa minum minuman keras, berzina, melakukan keharaman, ingka...