Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Bahaya Cinta Dunia

  https://cintaquran.com/publik/2017/04/18/bahaya-cinta-dunia/ Imam Hasan al-Bashri rahimahulLâh pernah berkata, “ Tidaklah aku merasa heran terhadap sesuatu seperti keherananku atas orang yang tidak menganggap cinta dunia sebagai bagian dari dosa besar. Demi Allah! Sungguh, mencintai dunia benar-benar termasuk dosa yang terbesar. Tidaklah dosa-dosa menjadi bercabang-cabang melainkan karena cinta dunia. Bukankah sebab patung-patung disembah dan Allah SWT diingkari tak lain karena cinta dunia dan lebih mengutamakan dunia?  (Hasan al-Bashri, Al-Mawâ’izh , hlm. 138) . Imam Sufyan ats-Tsauri rahimahulLâh juga berkata, “ Telah sampai kepadaku bahwa akan datang satu masa kepada umat manusia yang pada masa itu kalbu-kalbu manusia dipenuhi oleh kecintaan terhadap dunia. Akibatnya, kalbu-kalbu mereka tidak dapat dimasuki rasa takut kepada Allah SWT. Itu dapat engkau ketahui jika engkau memenuhi sebuah kantong kulit dengan sesuatu hingga penuh, kemudian engkau bermaksud me...

Mengutamakan Orang Lain

https://cintaquran.com/publik/2017/04/15/mengutamakan-orang-lain/ Allah SWT berfirman (yang artinya): Mereka mengutamakan (kaum Muhajirin) atas diri mereka sendiri walaupun mereka dalam kesusahan (QS al-Hasyr [59]: 9). Ayat ini berkaitan dengan sebuah riwayat yang dituturkan oleh Abu Hurairah ra., bahwa pernah ada seorang Muhajirin menemui Rasulullah saw. dan berkata, "Ya Rasulullah, sungguh, saya sangat lapar sekali!" Mendengar itu Rasul segera membawa orang itu kepada salah seorang istri beliau untuk diberi makan. Namun, istri beliau berkata, "Demi Allah, aku tidak memiliki apapun kecuali air." Nabi saw. yang mulia lalu membawa orang itu kepada istri-istri beliau yang lain, namun jawaban mereka sama; mereka tidak memiliki apapun kecuali air. Akhirnya, beliau bersabda kepada para Sahabat, "Siapa saja yang sanggup menjamu tamu ini pada malam ini, Allah pasti merahmatinya." Seseorang dari kalangan Anshar lalu berdiri seraya berkata, "S...

Larangan Bergaul dengan Pelaku Maksiat

https://cintaquran.com/publik/2017/04/13/larangan-bergaul-dengan-pelaku-maksiat/ Rasulullah saw. pernah bersabda, “Seseorang itu bergantung pada agama temannya. Karena itu hendaknya salah seorang dari kalian melihat siapa temannya.” (HR Ahmad dan at-Tirmidzi). Karena itu pula Ibnu 'Abbas pernah berkata, “Janganlah Anda duduk-duduk (bergaul) bersama para pengikut hawa nafsu karena sesungguhnya duduk-duduk bersama mereka akan membuat hati menjadi sakit.” (Ibnu Baththah, Al-Ibânah al-Kubrâ,  2/438).  Mushab bin Saad pun pernah berkata, “Janganlah engkau duduk bersama orang yang terfinah (sesat) karena tidak akan luput darimu salah satu dari dua kemungkinan: engkau terfitnah (tersesat) sehingga engkau mengikuti dirinya atau dia akan mengganggu kamu sebelum engkau meninggalkan dirinya.” (Ibnu Baththtah, Al-Ibânah al-Kubrâ,  2/442). Karena itu hendaknya kita tidak bergaul dengan para pelaku dosa dan kemaksiatan. Hal ini antara lain didasarkan pada hadis dari Jabi...

Mungkinkah al-Quran Karya Bangsa Arab?

https://cintaquran.com/publik/2017/04/12/mungkinkah-al-quran-karya-bangsa-arab/ Sebagian orang, khususnya kaum non-Muslim atau Muslim liberal, sering meragukan otentisitas al-Quran sebagai wahyu Tuhan. Mereka, misalnya, ada yang menuduh bahwa al-Quran adalah karangan bangsa Arab. Betulkah demikian? Jelas, tudingan itu batil. Pasalnya, al-Quran sendiri sudah sejak awal kemunculannya telah menantang mereka (bangsa Arab) agar  membuat karya semisal al-Quran. Allah SWT, misalnya, berfirman (yang artinya): Jika kalian meragukan apa yang telah Kami turunkan (berupa al-Quran) kepada hamba kami (Muhammad), maka buatlah satu surat saja yang semisal dengan al-Quran, dan panggillah para penolong kalian selain Allah jika kalian orang-orang yang benar (TQS al-Baqarah [2]: 23). Allah SWT pun berfirman (yang artinya): Bahkan mereka mengatakan, “Muhammad telah membuat-buat al-Quran itu.” Katakanlah, “(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan pa...

Hakikat Ibadah kepada Allah SWT

        https://cintaquran.com/publik/2017/04/11/hakikat-ibadah-kepada-allah-swt/ Saat Anda berkata kepada istri Anda, “Aku mencintai kamu,” sungguh itu belum cukup. Sebab, boleh jadi hal yang sama Anda ucapkan juga kepada wanita lain. Namun, jika Anda berkata kepada istri Anda, “Hanya kamu yang aku cinta,” sejatinya tak ada wanita lain—selain istri Anda—yang Anda cintai. Begitulah saat kita berucap dalam setiap shalat, “ Iyyaka na’budu (Hanya kepada Engkau kami menghambakan diri/beribadah),” sejatinya tak ada yang lain—selain Allah SWT—yang layak kita sembah/kita ibadahi. Ibadah (penghambaan) kepada Allah SWT itu, kata Imam Ja’far ash-Shadiq, hakikatnya ada tiga: Pertama , kita sadar bahwa apapun yang kita ‘miliki’ hakikatnya adalah milik Allah SWT. Karena itu tak selayaknya kita bersedih apalagi berduka saat milik Allah SWT itu—yang kebetulan Dia titipkan kepada kita—hilang dari sisi kita. Tak selayaknya pula kita merasa keberatan saat Allah SWT, Pemili...

Meminta Pertolongan Hanya kepada Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/10/meminta-pertolongan-hanya-kepada-allah-swt/ Dalam hidup ini setiap orang pasti dihadapkan pada sejumlah masalah, baik terasa ringan ataupun berat. Saat ditimpa masalah, sebagian orang biasa berkeluh-kesah. Begitulah manusia, sebagaimana firman Allah SWT (yang artinya): Sungguh manusia itu diciptakan dalam keadaan berkeluh-kesah (TQS al-Ma’arij [70]: 19). Namun, seorang Muslim tidak seharusnya bersikap demikian. Ia wajib bersyukur saat mendapat karunia dan bersabar ketika mendapat musibah. Inilah sikap yang dipuji oleh Rasulullah saw. sebagaimana sabdanya, “Sungguh menakjubkan perkara orang Mukmin. Jika dikaruniai kebaikan, ia memuji Allah dan bersyukur. Jika ditimpa musibah, ia memuji Allah dan bersabar.” ( Syarh as-Sunnah li al-Baghawi , 5/448). Karena itu saat ditimpa berbagai masalah, selain bersikap sabar, seorang Mukmin hanya akan mengadu kepada Allah SWT dan hanya akan memohon pertolongan kepada-Nya. Hal itu sebagaimana seri...

Apakah Kita Memiliki Rasa Takut Seperti Rasulullah saw.?

https://cintaquran.com/publik/2017/04/08/apakah-kita-memiliki-rasa-takut-seperti-rasulullah-saw/ Ummul Mukminin Aisyah ra. pernah menuturkan, bahwa apabila langit mendung, awan menghitam dan angin kencang, wajah Baginda Nabi saw. yang biasanya memancarkan cahaya akan terlihat pucat-pasi karena takut kepada Allah. Beliau lalu keluar dan masuk ke masjid dalam keadaan gelisah seraya berdoa (yang artinya), " Ya Allah… aku berlindung kepada-Mu dari keburukan hujan dan angin ini, dari keburukan apa saja yang dikandungnya dan keburukan apa saja yang dibawanya ." Aisyah ra. bertanya, "Ya Rasulullah, apabila langit mendung, semua orang merasa gembira karena pertanda hujan akan turun. Namun, mengapa engkau tampak ketakutan?" Nabi saw. menjawab, "Aisyah, bagaimana aku dapat meyakini bahwa awan hitam dan angin kencang itu tidak akan mendatangkan azab Allah? Kaum 'Ad telah dibinasakan oleh angin topan. Saat awan mendung, mereka bergembira karena mengira huj...

Wajib Mengamalkan Seluruh Isi Alquran

https://cintaquran.com/publik/2017/04/06/wajib-mengamalkan-sebagian-isi-al-quran/ Wajib Mengamalkan Seluruh Isi Alquran Banyak Muslim yang hingga saat ini hanya mengamalkan sebagian—bahkan sebagian kecil—isi al-Quran. Tentu beraneka ragam alasannya. Ada yang memang karena kebodohannya. Ada yang karena faktor kemalasannya. Ada yang memang disebabkan dorongan hawa nafsunya.  Ada yang mau mengamalkan isi al-Quran yang memerintahkan shalat, shaum dan haji; tetapi enggan membayar zakat, menutup aurat, dsb. Ada yang enggan makan babi karena dilarang al-Quran, tetapi masih doyan makan riba padahal juga sama-sama dilarang al-Quran. Padahal jelas, seorang Muslim wajib mengamalkan seluruh isi al-Quran. Allah SWT mencela orang yang membaca al-Quran tetapi tidak mengamalkan isinya: Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepada mereka Taurat tetapi kemudian Taurat itu tidak mau mereka pikul adalah seperti keledai yang memikul buku-buku. Betapa buruk perumpamaan orang-orang yang mendusta...

Pentingnya Menggunakan Akal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/05/pentingnya-menggunakan-akal/ Manusia memang makhluk berakal. Pernyataan di atas hanya berarti bahwa dengan akalnya manusia memiliki potensi untuk berpikir. Apakah manusia itu sendiri berpikir atau tidak—artinya dia menggunakan akal atau tidak—bergantung pada pilihan manusia itu sendiri. Saat manusia mau berpikir atau menggunakan akalnya, mereka berpotensi untuk menjadi baik. Sebaliknya, saat manusia enggan menggunakan akalnya (tidak mau berpikir), mereka berpotensi menjadi buruk, bahkan lebih buruk daripada binatang ternak. Inilah yang ditegaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya (yang artinya): Sungguh Kami menjadikan untuk (isi Neraka Jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai kalbu (akal), tetapi tidak digunakan untuk memahami/memikirakan (ayat-ayat Allah)...Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan  lebih sesat lagi . Mereka itulah orang-orang lalai  (TQS al- A’raf [7]: 179). Alhasil, benarlah pernyat...

Orang-orang yang Merugi di Akhirat

https://cintaquran.com/publik/2017/04/04/orang-orang-yang-merugi-di-akhirat/ Di antara orang-orang yang merugi pada Hari Akhirat nanti adalah: Pertama , kaum kafir, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah SWT (yang artinya): Aku telah memperingatkan kalian dengan suatu azab yang sangat dekat, yaitu pada hari saat seseorang menyaksikan apa yang telah dia perbuat, dan orang kafir saat itu berkata, “Celakalah aku. Andai saja dulu aku menjadi tanah.” (TQS an-Naba’ [78]: 40). Kedua , kaum yang murtad dan para pelaku bid’ah. Mereka ini, di akhirat nanti, akan diusir dari telaganya Rasulullah saw. (HR Muslim). Ketiga , orang yang biasa meninggalkan shalat, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah SWT (yang artinya): Apakah yang memasukkan kalian ke dalam Neraka Saqar?” Mereka menjawab, “Kami dulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” (QS al-Mudatsir [74]: 42-43). Keempat , orang-orang yang riya’ dalam beramal (HR Muslim). Kelima , orang yang menerim...

Sombong Itu Menolak Kebenaran

https://cintaquran.com/publik/2017/04/03/sombong-itu-menolak-kebenaran/ Rasulullah saw. bersabda, “Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Sayang, hari-hari ini kita justru kerap menjumpai orang-orang (termasuk di kalangan Muslim) yang sombong dan takabur; sesuatu yang justru diharamkan secara tegas oleh Allah dan Rasul-Nya. Secara individual, kita masih sering menjumpai orang-orang yang sombong dan takabur ini. Di antaranya adalah mereka yang gemar menolak kebenaran hanya karena kebenaran itu—meskipun didasarkan pada dalil-dalil yang kuat yang bersumber dari al-Quran dan as-Sunnah yang valid—datang dari orang yang kebetulan lebih muda, misalnya, baik dari sisi usia ataupun keilmuan; atau datang bukan dari orang atau kelompoknya, apalagi dari orang atau kelompok yang dibencinya. Mereka ini bukan saja sering menolak kebenaran, tetapi juga kerap merendahkan orang yang menyampaikan kebenaran itu. Mereka lupa terhadap ketawadhua...

Jangan Sekali-kali Merendahkan Orang Lain

https://cintaquran.com/publik/2017/03/31/jangan-sekali-kali-merendahkan-orang-lain/ Abu Bakar ash-Shiddiq ra. pernah berkata, “Janganlah seorang Muslim merendahkan Muslim lainnya karena sekecil-kecilnya seorang Muslim di sisi Allah adalah besar.” Terkait itu, Allah SWT tegas menyatakan (yang artinya): Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain; boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka yang merendahkan. Jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka yang merendahkan (TQS al-Hujurat [49]: 11). Menurut Ibnu Katsir, di atas berisi larangan melecehkan dan meremehkan orang lain. Sifat meremehkan termasuk dalam kategori sombong sebagaimana sabda Rasul saw., “ Sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan manusia. ” (HR Muslim). Padahal sombong adalah sikap yang sangat tercela sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Tidak akan masuk surga...

Bersegara Taat, Tak Menunda-nunda

https://cintaquran.com/publik/2017/03/30/bersegara-taat-tak-menunda-nunda/ Banyak Muslim yang menunda-nunda untuk taat kepada Allah SWT dengan berbagai alasan; menunda-nunda shalat, kewajiban menutup aurat, membayar zakat, dsb. Sikap demikian jelas bertentangan dengan karakter utama seorang Mukmin, sebagaimana firman Allah SWT (yang artinya): Sungguh jawaban kaum Mukmin itu jika mereka diseru kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukumi (mengadili) mereka ialah ucapan, “Kami mendengar dan kami patuh.” Mereka itulah kaum yang beruntung (TQS an-Nur [24]: 51-52). Terkait firman Allah SWT di atas, tentu menarik kisah berikut: Suatu saat Imam Ja’far ash-Shadiq sedang bersama budaknya yang sedang menuangkan air. Tanpa sengaja, air menciprati pakaian Imam Ja’far. Beliau lalu memandang budaknya dengan pandangan kurang suka. Namun, sang budak buru-buru menyitir potongan QS Ali Imran ayat 134, “ (Wa al-kâzhîmîn al-ghayzh (Orang-orang yang menahan marah) .” Imam Ja’far berkata,...