Murâqabah secara sederhana bisa
diartikan sebagai sikap merasa senantiasa
diawasi oleh Allah SWT. Sikap ini penting ditumbuhkan dan terus dipelihara
oleh setiap Muslim. Mengapa? Pasalnya, sering orang berbuat dosa atau maksiat karena
tidak adanya sikap murâqabah pada dirinya. Padahal Allah
SWT telah berfirman (yang artinya):
(Luqman
berkata), "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi berada di dalam batu, atau di langit, atau di dalam bumi, niscaya Allah
akan mendatangkan (balasan)-nya. Sesungguhnya Allah Mahaawas lagi Mahatahu.” (TQS Luqman [31]: 16).
Allah SWT pun berfirman
(yang artinya):
Dia
selalu bersama kalian di mana pun kalian berada (QS al-Hadid [57]: 4);
Sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di mata Allah, baik yang
ada di langit maupun yang ada di bumi
(TQS Ali Imran [3]: 6).
Allah SWT juga berfirman
(yang artinya):
Allah
mengetahui mata
yang berkhianat [yang mencuri pandang terhadap apa saja yang diharamkan] dan
apa saja yang tersembunyi di dalam dada (TQS Ghafir [40]: 19).
Sebagian ulama
mengisyaratkan, ayat-ayat ini merupakan tadzkirah
(peringatan) bahwa Allah Mahatahu atas dosa-dosa kecil, apalagi dosa-dosa besar;
Allah Mahatahu atas apa saja yang tersembunyi di dalam dada-dada manusia,
apalagi yang tampak secara kasatmata.
Alhasil, hendaknya kita senantiasa menumbuhkan
dan memelihara sikap murâqabah dalam diri kita. Saat sikap ini senantiasa ada dalam diri kita, insya
Allah, hal itu akan mampu mencegah kita dari melakukan dosa, baik dosa kecil
apalagi dosa besar.
Komentar
Posting Komentar