Langsung ke konten utama

Pentingnya Menghapal Ilmu

Saat ini banyak kalangan yang mengkritik belajar denghan metode menghapal. Mereka berkeyakinan, yang pnting itu paham, bukan hapal. Pernyataan ini tentu tidak sepenuhnya benar. Paham itu penting. Demikian juga hapal. Justru seseorang dikatakan berilmu karena dia, selain paham, juga hapal banyak hal yang dia pelajari. Bahkan ada pepatah Arab yang menyatakan, “Al-’Ilmu fi ash-shudûr la fi sutûr” (Ilmu itu adalah apa yang ada tersimpan di dalam dada, bukan yang tertulis di atas kertas).”
Terkait itu, Imam Malik menuturkan bahwa Imam Ibnu Syihab az-Zuhri tidak memiliki catatan ilmu apapun, kecuali mengenai nasab kaumnya. Kemudian Imam Malik berkata, ”Kaumnya pada waktu itu tidak menulis, namun mereka menghapalnya. Jika dari mereka menulis suatu ilmu maka mereka menulisnya untuk dihapal. Setelah selesai menghapal, mereka menghapus apa yang mereka tulis.”
Abu Burdah juga bertutur, bahwa suatu saat Abu Musa menyampaikan sebuah hadis kepada dia dan dia pun menulisnya. Abu Musa pun berkata,”Apakah kalian menulis apa yang kalian dengar dariku?” Abu Burdah dan pera penuntut ilmu lainnya menjawab, “Ya!”
Abu Musa pun meminta mereka untuk menyerahkan tulisan tersebut, kemudian ia meminta diambilkan air. Lalu ia pun mencuci tulisan tersebut, kemudian berkata, ”Hapalkan apa yang kalian dengar dariku sebagaimana kami menghapalnya.” (Jâmi’ Bayan al-‘Ilmi wa Fadhlihi, 2/276, 284).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesombongan Hanya Milik Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ”  (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua  ‘ibrah  (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.  Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir  karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...

Ikhlas Menentukan Keshalihan Amal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/20/ikhlas-menentukan-keshalihan-amal/ Allah SWT berfirman (yang artinya):  Tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas menjalankan agama-Nya semata-mata, dengan lurus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat. Itulah agama yang benar  (TQS al-Bayyinah [98]: 5). Allah SWT pun berfirman (yang artinya):  Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah hewan korban itu. Namun, yang akan sampai kepada Dia hanyalah ketakwaan kalian   (TQS al-Haj [22]: 37) Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad),  “Sekalipun kalian semua sembunyikan apa saja yang ada di dalam hati kalian ataupun kalian tampakkan, pasti itu diketahui juga oleh Allah.”  (TQS Ali-lmran [3]: 29) Rasulullah saw. pun bersabda,  “Sungguh amal perbuatan itu bergantung pada niatnya dan sungguh bagi setiap orang itu apa saja yang telah ia niatkan. Karena itu s...

Hati Hati Fitnah Dunia

Suatu ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’). Kita membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya. Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT. Lalu mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia? Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perint...