Saat ini banyak kalangan yang mengkritik belajar denghan metode menghapal. Mereka berkeyakinan, yang pnting itu paham, bukan hapal. Pernyataan ini tentu tidak sepenuhnya benar. Paham itu penting. Demikian juga hapal. Justru seseorang dikatakan berilmu karena dia, selain paham, juga hapal banyak hal yang dia pelajari. Bahkan ada pepatah Arab yang menyatakan, “Al-’Ilmu fi ash-shudûr la fi sutûr” (Ilmu itu adalah apa yang ada tersimpan di dalam dada, bukan yang tertulis di atas kertas).”
Terkait itu, Imam Malik menuturkan bahwa Imam Ibnu Syihab az-Zuhri tidak memiliki catatan ilmu apapun, kecuali mengenai nasab kaumnya. Kemudian Imam Malik berkata, ”Kaumnya pada waktu itu tidak menulis, namun mereka menghapalnya. Jika dari mereka menulis suatu ilmu maka mereka menulisnya untuk dihapal. Setelah selesai menghapal, mereka menghapus apa yang mereka tulis.”
Abu Burdah juga bertutur, bahwa suatu saat Abu Musa menyampaikan sebuah hadis kepada dia dan dia pun menulisnya. Abu Musa pun berkata,”Apakah kalian menulis apa yang kalian dengar dariku?” Abu Burdah dan pera penuntut ilmu lainnya menjawab, “Ya!”
Abu Musa pun meminta mereka untuk menyerahkan tulisan tersebut, kemudian ia meminta diambilkan air. Lalu ia pun mencuci tulisan tersebut, kemudian berkata, ”Hapalkan apa yang kalian dengar dariku sebagaimana kami menghapalnya.” (Jâmi’ Bayan al-‘Ilmi wa Fadhlihi, 2/276, 284).
Komentar
Posting Komentar