Langsung ke konten utama

‘Ashabiyyah Haram


Aus dan Khazraj merupakan dua suku di Madinah yang berasal dari Yaman. Pada masa Jahiliah, Aus dan Khazraj terkenal karena keburukannya: suka berperang. Keduanya sering berperang, bukan hanya satu-dua tahun, tetapi puluhan tahun; bukan hanya satu-dua kali, namun berkali-kali. Contohnya adalah Perang Bu’ats. Perang ini adalah puncak peperangan antara Aus dan Khazraj. Yang ajaib, menurut Ibn Hajar al-Asqlani dalam Fath al-Bari (2/441), Perang Bu’ats berlangsung selama tidak kurang dari 30 tahun! Tentu dengan menewaskan ratusan bahkan ribuan orang dari kedua belah pihak.

Perang Bu’ats hanyalah puncak peperangan antara suku Aus dan Khazraj. Ada sejumlah peperangan lain yang jika ditotal, menurut Ibnu Ishaq, sebagaimana dikutip oleh Imam al-Mawardi di dalam tafsirnya, berlangsung tidak kurang dari 120 tahun! Siapa yang diuntungkan? Tidak ada. Baik Aus maupun Khazraj menderita kerugian sangat besar!

Kita tentu bertanya-tanya: Apa gerangan akar penyebab semua peperangan antar kedua suku ini? Betulkah hanya demi harga diri dan kehormatan? Ternyata tidak. Itu bukan akar penyebabnya. Akar penyebabnya tidak lain adalah: ‘ashabiyyah. Ya, ‘ashabiyyah. Fanatisme kesukuan. Itulah faktor utamanya. ‘Ashabiyyah adalah salah satu sikap khas Arab Jahiliah saat itu yang amat buruk. Karena itu wajar, saat Rasulullah saw. datang membawa risalah Islam, salah satu yang diharamkan adalah sikap ‘ashabiyyah (fanatisme) atas dasar keluarga, suku, kelompok, dll. Rasulullah saw. bersabda, “Bukan termasuk umatku orang yang mengajak pada ‘ashabiyah. Bukan termasuk umatku orang yang berperang atas dasar ‘ashabiyah. Bukan termasuk umatku orang yang mati atas dasar ‘ashabiyah.” (HR Abu Dawud).

Satu Hati Menggemakan #IndonesiaCintaQuran

Tausiyah inspiratif lainnya visit & follow :
www.CintaQuran.com
Instagram ➡@cintaquran.id
twitter : @CintaQuranID
Facebook : CintaQuranID
Telegram : Sahabat Pecinta Quran

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesombongan Hanya Milik Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ”  (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua  ‘ibrah  (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.  Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir  karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...

Ikhlas Menentukan Keshalihan Amal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/20/ikhlas-menentukan-keshalihan-amal/ Allah SWT berfirman (yang artinya):  Tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas menjalankan agama-Nya semata-mata, dengan lurus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat. Itulah agama yang benar  (TQS al-Bayyinah [98]: 5). Allah SWT pun berfirman (yang artinya):  Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah hewan korban itu. Namun, yang akan sampai kepada Dia hanyalah ketakwaan kalian   (TQS al-Haj [22]: 37) Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad),  “Sekalipun kalian semua sembunyikan apa saja yang ada di dalam hati kalian ataupun kalian tampakkan, pasti itu diketahui juga oleh Allah.”  (TQS Ali-lmran [3]: 29) Rasulullah saw. pun bersabda,  “Sungguh amal perbuatan itu bergantung pada niatnya dan sungguh bagi setiap orang itu apa saja yang telah ia niatkan. Karena itu s...

Hati Hati Fitnah Dunia

Suatu ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’). Kita membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya. Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT. Lalu mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia? Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perint...