Langsung ke konten utama

Meraih Syafaat al Quran

Seorang Muslim yang bertakwa akan selalu membiasakan diri membaca al-Quran. Apalagi banyak nash yang menyatakan keutamaan membaca al-Quran. Rasulullah saw., antara lain bersabda, “Permumpamaan orang Mukmin yang biasa membaca al-Quran adalah seperti buah utrujah; harum baunya dan lezat rasanya. Perumpamaan orang Mukmin yang tidak biasa membaca al-Quran adalah seperti buah kurma; tidak harum, tetapi rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca al-Quran adalah seperti buah raihanah; harum baunya, tetapi pahit rasanya. Orang munafik yang tidak membaca al-Quran adalah seperti buah hanzhalah; tidak harum dan pahit rasanya.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Karena itu seorang Mukmin yang benar dan lurus keimanannya akan selalu berusaha menyempatkan diri membaca al-Quran setiap hari, bahkan jika mungkin setiap waktu. Tidak ada alasan bahwa ia belum lancar membacanya. Sebabnya, sabda Rasulullah saw., “Orang yang biasa membaca al-Quran dan ia mahir akan bersama-sama malaikat yang mulia dan baik (pada Hari Akhir nanti). Orang yang biasa membaca al-Quran dengan terbata-bata dan merasakan kesulitan saat membacanya, ia mendapatkan dua pahala.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Alhasil, jelas seorang Mukmin yang imannya benar dan lurus tidak akan pernah sekali-kali meninggalkan tradisi atau kebiasaan membaca al-Quran. Apalagi al-Quran akan memberikan syafaat (pertolongan) bagi pembacanya pada Hari Kiamat nanti, sebagaimana sabdanya, “Bacalah oleh kalian al-Quran karena sesungguhnya pada Hari Kiamat ia akan menjadi penolong (memberikan syafaat) bagi pembacanya.” (HR Muslim).

Tausiyah inspiratif lainnya visit & follow :
www.CintaQuran.com
IG : @cintaquran.id
FB : CintaQuranID

-- Pesan Aplikasi Belajar Baca Quran Mudah Cepat dan Menyenangkan!
Cinta Quran Virtual
Info SMS/WA : 0813 2000 5010

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesombongan Hanya Milik Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ”  (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua  ‘ibrah  (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.  Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir  karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...

Ikhlas Menentukan Keshalihan Amal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/20/ikhlas-menentukan-keshalihan-amal/ Allah SWT berfirman (yang artinya):  Tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas menjalankan agama-Nya semata-mata, dengan lurus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat. Itulah agama yang benar  (TQS al-Bayyinah [98]: 5). Allah SWT pun berfirman (yang artinya):  Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah hewan korban itu. Namun, yang akan sampai kepada Dia hanyalah ketakwaan kalian   (TQS al-Haj [22]: 37) Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad),  “Sekalipun kalian semua sembunyikan apa saja yang ada di dalam hati kalian ataupun kalian tampakkan, pasti itu diketahui juga oleh Allah.”  (TQS Ali-lmran [3]: 29) Rasulullah saw. pun bersabda,  “Sungguh amal perbuatan itu bergantung pada niatnya dan sungguh bagi setiap orang itu apa saja yang telah ia niatkan. Karena itu s...

Hati Hati Fitnah Dunia

Suatu ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’). Kita membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya. Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT. Lalu mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia? Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perint...