Ramadhan telah menghampiri. Hal yang paling menonjol dilakukan oleh kaum Muslim selama bulan Ramadhan adalah tazkiyatun-nafs (penyucian diri). Ramadhan bahkan sering dijadikan sebagai momentum untuk menyucikan diri.
Dalam al-Quran tazkiyah an-nafs antara lain bermakna: Pertama, menyucikan diri dari kemusyrikan dan kekufuran. Allah SWT berfirman (yang artinya): Dialah Yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka… (QS al-Jumuah [62]: 2). Maksud frasa yuzakkîhim(menyucikan mereka) dalam ayat di atas adalah menyucikan mereka dari najis dan kekufuran (QS ath-Thabari, 28/93).
Kedua, menyucikan diri dari keburukan-keburukan amal perbuatan, dengan melakukan amal-amal salih (Lihat: Tafsir Abi as-Sa’ud, VIII/247).
Ketiga, menjalankan ketaatan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman (yang artinya): Sungguh beruntunglah orang yangmenyucikan jiwa itu… (QS asy-Syam [91]: 6-9). Menurut Imam al-Qurthubi, frasa man zakkâha maksudnya adalah siapa yang disucikan jiwa oleh Allah SWT dengan ketaatan kepada-Nya.
Keempat, tidak memiliki dosa atau bertobat dari dosa-dosa. Allah SWT berfirman (yang artinya): Musa berkata, “Mengapa kamu membunuh jiwa yang suci?” (QS al-Kahfi [18]: 74). Imam al-Qurthubi menyatakan bahwa kata zakiyyah dalam ayat di atas adalah orang yang tidak berdosa sedikit pun, tetapi bisa juga orang yang berdosa kemudian ia bertobat dari dosanya.
Kelima, totalitas keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman (yang artinya): Itu adalah balasan bagi orang yang menyucikan diri (QS Thaha [20] 76). Ibn Katsir menyatakan, man tazakkâ pada ayat di atas maknanya adalah yang menyucikan dirinya dari dosa, keburukan dan syirik; hanya menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya dan senantiasa mengikuti segala perbuatan baik sebagaimana yang dicontohkan oleh para rasul.
Komentar
Posting Komentar