Langsung ke konten utama

Melipatgandakan Mujahadah Di Bulan Penuh Berkah


seorang Muslim sejati tentu tidak akan menyia-nyiakan perjumpaannya dengan bulan suci tersebut. Ia akan sungguh-sungguh melaksanakan shaum Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan karena ia yakin dengan sabda Rasul saw., “Siapa saja yang menegakkan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keikhlasan maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” (HR Muslim).
Sesungguhnya Rasulullah saw. sendiri melipatgandakan kesungguhannya dalam beribadah dan beramal shalih selama bulan Ramadhan melebihi bulan-bulan lainnya, apalagi dalam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Aisyah ra. menuturkan, “Rasulullah saw. itu melipatgandakan kesungguhannya (dalam beribadah dan beramal shalih) selama bulan Ramadhan melebihi bulan-bulan lainnya. Beliau pun makin melipatgandakan kesungguhannya sepanjang sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi hari-hari sebelumnya.” (HR Muslim).
Aisyah ra juga menuturkan, “Rasulullah saw. itu, jika masuk sepuluh terakhir Ramadhan, senantiasa menghidupkan seluruh malamnya, membangunkan semua anggota keluarganya, melipatgandakan kesungguhannya dan mengencangkan ikat pinggang.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Rasul saw. pun memerintahkan setiap Muslim untuk berusaha keras meraih keutamaan Lailatul Qadar. Beliau bersabda, “Carilah oleh kalian Lailatul Qadar pada sepuluh terakahir Ramadhan.” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Atas dasar itu, Ramadhan adalah murni bulan ibadah dan amal shalih. Tak selayaknya di dalamnya seorang Muslim berleha-leha dan bersantai-ria. Sebaliknya, sebagaimana Rasulullah saw., ia mesti melipatgandakan kesungguhannya dalam beribadah dan beramal shalih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesombongan Hanya Milik Allah SWT

https://cintaquran.com/publik/2017/04/17/kesombongan-hanya-milik-allah-swt/ Rasulullah Muhammad saw. pernah bersabda bahwa Allah SWT telah berfirman, “ Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Karena itu, siapa saja yang merampas salah satunya dari-Ku, pasti Aku akan melemparkannya ke dalam api neraka. ”  (HR Abu Dawud dan Ibn Majah). Setidaknya ada dua  ‘ibrah  (pelajaran) yang dapat dipetik dari hadis qudsi di atas.  Pertama : terkait dengan keimanan, seorang Muslim harus meyakini bahwa Allahlah yang pantas memiliki sifat sombong ( al-kibr ) dan takabur ( at-takabbur ). Ini adalah berdasarkan klaim Allah sendiri di dalam al-Quran yang menyifati Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir , yang bisa bermakna ‘Yang Mahasombong’ atau ‘Yang Mahatakabur’ (Lihat: QS al-Hasyr [59]: 23). Menurut al-Qurthubi, ketika menafsirkan ayat ini, Allah SWT menamai Diri-Nya dengan  Al-Mutakabbir  karena Allah sendiri menganggungkan Diri-Nya sebagai...

Ikhlas Menentukan Keshalihan Amal

https://cintaquran.com/publik/2017/04/20/ikhlas-menentukan-keshalihan-amal/ Allah SWT berfirman (yang artinya):  Tidaklah mereka itu diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan tulus ikhlas menjalankan agama-Nya semata-mata, dengan lurus dan menegakkan shalat serta menunaikan zakat. Itulah agama yang benar  (TQS al-Bayyinah [98]: 5). Allah SWT pun berfirman (yang artinya):  Sama sekali tidak akan sampai kepada Allah daging-daging dan darah-darah hewan korban itu. Namun, yang akan sampai kepada Dia hanyalah ketakwaan kalian   (TQS al-Haj [22]: 37) Allah SWT juga berfirman (yang artinya): Katakanlah (Muhammad),  “Sekalipun kalian semua sembunyikan apa saja yang ada di dalam hati kalian ataupun kalian tampakkan, pasti itu diketahui juga oleh Allah.”  (TQS Ali-lmran [3]: 29) Rasulullah saw. pun bersabda,  “Sungguh amal perbuatan itu bergantung pada niatnya dan sungguh bagi setiap orang itu apa saja yang telah ia niatkan. Karena itu s...

Hati Hati Fitnah Dunia

Suatu ketika Rasulullah saw. pernah berkhutbah di hadapan orang-orang, “Wahai manusia, demi Allah, aku tidak mengkhawatirkan kalian kecuali saat Allah memberikan kekayaan dunia ini kepada kalian.” (HR Ibn Abu ad-Dunya’). Kita membayangkan, saat itu Rasulullah saw. berkhutbah di kalangan para Sahabat yang rata-rata hidup zuhud. Dunia (harta) mungkin ada dalam genggaman sebagian mereka, tetapi tidak menguasai kalbu-kalbu mereka. Fokus mereka tetaplah akhirat. Karena itulah kita mengenal Sahabat Abu Bakar ra., Umar bin al-Khaththab ra., Utsman bin Affan ra. atau Abdurrahman bin Auf yang kaya raya. Namun, kita pun mengenal mereka sebagai para Sahabat terbaik dalam hal ibadah mereka, dakwah mereka, infak mereka termasuk jihad mereka di jalan Allah SWT. Lalu mengapa Rasulullah saw. sampai harus mengkhawatirkan mereka dengan fitnah dunia? Itu berarti, fitnah dunia sangatlah dahsyat. Bukankah sebagian Sahabat pernah tergelicir saat Perang Uhud, saat mereka berlari meninggalkan perint...