Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Tanda Bahagia dan Tanda Sengsara

Bagi seorang Muslim, bahagia atau sengsara sejatinya tidak diukur dengan standar materi. Seharusnya bahagia dan sengsara diukur dengan standar yang lebih bersifat ruhiah (spiritual). Terkait itu, Abu Utsman al-Jizi rahimahulLah berkata, “Di antara tanda bahagia adalah engkau menaati Allah, namun engkau takut tidak akan diterima. Di antara tanda sengsara adalah engkau bermaksiat, namun engkau berharap akan selamat." (Ibn Hajar, Fath al-Bari, jilid 11 hlm. 342). Lebih detil dinyatakan, ”Sungguh tanda-tanda bahagia ada sebelas: Pertama, zuhud di dunia, rindu akhirat. Kedua, fokus ibadah dan membaca al-Quran. Ketiga, sedikit bicara dalam perkara yang tak perlu. Keempat, memelihara shalat lima waktu. Kelima, wara’ (hati-hati terhadap perkara haram, sedikit atau banyak). Keenam, bersahabat dengan orang-orang shalih. Ketujuh, rendah hati dan tidak sombong. Kedelapan, dermawan. Kesembilan, menyayangi makhluk Allah SWT. Kesepuluh, bermanfaat bagi orang lain. Kesebelas, banyak mengi...

Ketaatan Total

Seorang Muslim wajib tunduk, patuh dan taat secara mutlak  kepada Allah SWT. Hal demikian harus ia buktikan dengan cara tunduk, patuh dan taat secara total pada semua syariah-Nya. Ia tidak boleh sedikitpun memilih-milih dan memilah-milah hukum-Nya. Allah SWT berfirman (yang artinya): Apakah kalian mengimani sebagian al-Kitab dan mengingkari sebagian lainnya? Tidak ada balasan bagi orang yang berbuat demikian di antara kalian melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada Hari Kiamat mereka akan dikembalikan pada siksa yang sangat berat (TQS al-Baqarah [2]: 85). Ayat di atas menjelaskan bahwa kaum Muslim harus tunduk dan ridha terhadap syariah Allah SWT. Mereka harus selalu merujuk pada hukum yang terdapat dalam al-Quran dan al-Hadis dalam menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan mereka. Mereka tidak layak berpaling dari ketetapan Allah SWT dan Rasul-Nya, sebagaimana firman-Nya (yang artinya): Tidaklah pantas seorang lelaki Mukmin maupun perempuan Mukmin, jika Alla...

Ragam Ujian Hidup dan Pahalanya

Saad bin Abi Waqash pernah bertanya kepada Rasulullah saw., “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya?” Beliau menjawab,  “Para nabi, lalu kalangan selanjutnya (yang lebih utama), kemudian yang selanjutnya. Seorang hamba akan diuji sesuai kadar agama (keimanan)-nya. Jika keimanannya kuat maka cobaannya pun akan semakin berat. Jika keimanannya lemah maka ia akan diuji sesuai dengan kadar imannya. Tidaklah cobaan ini akan diangkat dari seorang hamba hingga Allah membiarkan mereka berjalan di muka bumi dengan tanpa dosa.”  (HR Ibnu Majah). Abu Said al-Khudri juga pernah berkata kepada Rasulullah saw. yang saat itu sedang demam tinggi yang panasnya terasa hingga di atas selimut, “Wahai Rasulullah, alangkah panasnya sakit yang menimpa dirimu.” Beliau bersabda,  “Sungguh begitulah kita. Ketika dilipatgandakan cobaan bagi kita maka akan dilipatgandakan pula pahalanya.”  Abu Said al-Khudri lalu  bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang...